Pernahkah engkau tahu hati seorang wanita
itu seperti apa? Sedikitnya, tahukah engkau tentang hatiku?
Semenjak
aku tahu dan mengenal yang namanya cinta, mulai penasaran seperti apa rasanya
bercinta dengan seorang lelaki. Pertama kali icip-icip pacaran dengan seorang
lelaki lebih tua lima tahun di atasku. Cinta monyet seorang siswa SMP saat
zamannya kegilaan para anak ABG. Saling merindu, saling mengucap cinta, bahkan
meminta bertemu untuk menyalurkan gairah percintaan anak remaja. Dengan wajah
merona malu-malu ketika pertama kali bertemu dalam suatu acara. Saling curi
pandang dan tak jarang melempar senyuman maut untuk menarik perhatian satu sama
lain. Tiga bulan berlangsung, rasa bosan menghapus bara api cinta yang sempat
membakar nafsu. Aku tak lagi memujanya, mengejarnya, merindunya, apalagi
mencintainya. Rasa bosan itu menyelimuti begitu saja. Lalu aku memutuskan
hubungan dengan lelaki itu begitu saja tanpa sebuah alasan.
Labilitas
hati seorang anak baru gede yang
mudah tergoyahkan hatinya, dan belum mampu mengontrol perasaan ketika melihat
lawan jenis yang mencuri perhatiannya. Aku kembali merasakan getaran cinta pada
seorang lelaki yang berusia satu tahun di atasku. Jalannya sama seperti kisah
percintaanku pertama kali. Kami putus tanpa sebuah alasan. Saling diam dan
berpura-pura mengucap rindu karena aku dan dia tidak benar-benar cinta. Kami
hanya saling kagum pada pandangan pertama. Lama-lama menjadi dekat dan kami
mengira telah jatuh cinta.
Beranjak
ke SMA, lagi-lagi aku dimabuk cinta oleh salah satu siswa yang juga temanku.
Mengagumi dari belakang dan malu-malu ketika saling bertatapan. Seiring berjalannya
waktu, kami saling bertukar cerita dan alih-alih bercerita, aku memberanikan
diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Tentu aku berani melakukan itu
karena kulihat tanda-tanda yang sedikit merespon dari diri lelaki itu. Tepat
dugaanku, dia juga punya perasaan yang sama. Lalu, apakah kami berpacaran?
Tidak. Aku dan dia sampai saat ini masih menjadi teman. Sebuah alasan yang
menguatkan kami untuk tidak menjalin sebuah hubungan adalah keterikatan kami
dalam sebuah peraturan yang tidak boleh dilanggar.
Akan
tetapi, aku tidak mudah melupakannya begitu saja seperti kisah-kisah percintaan
masa laluku. Selama hampir satu tahun aku perasaanku padanya mengendap dalam
hati. Aku sendiri tidak tahu ada apa denganku? Tidak biasanya aku menyimpan
suatu perasaan lama-lama. Bahkan untuk mencintai orang lain pun aku tidak mau.
Aku dan dia pernah berhubungan cukup dekat dan intim. Tapi itu hanya
berlangsung sekejap, ketika ia baru putus dari kekasihnya. Dan disitu aku
berpikir, aku cuma jadi tempat pelariannya sejenak. Karena setelah ia bangkit
dan kembali merasa jatuh cinta dengan wanita lain, aku dilupakan.
Yah, karena
ini aku patah hati bahkan sampai menangisinya dibeberapa malam. Dari kisah ini,
sedikitnya aku mulai paham tentang arti cinta; mencintai dan dicintai. Dulu
dengan mudahnya aku bermain cinta. Memulai dan menyudahinya tanpa alasan. Tapi
aku mencoba menampiknya kalau itu adalah sebuah kelabilan anak remaja yang baru
mengenal cinta. Pada saat itu aku masih lugu dan buta, berpacaran cuma jadi
alat pembayaran untuk rasa penasaranku. Ketika semua itu lunas, maka aku yakin
akan ada makna yang aku temui di dalam cinta.
0 komentar:
Posting Komentar