Minggu, 03 Juli 2016

A Far Cry From

Aku sadar tentang perubahan kita. Dunia seperti terbelah menjadi dua bagian. Aku dan kau sulit untuk mencumbu, bahkan tidak lagi bisa. Tanganmu tak lagi merangkul bahuku. Dan bahumu tak lagi tersedia untuk menopang keluh kesahku. Pantopelmu di depan pintu tidak lagi terdengar di setiap malamku. Deretan gigi kuningmu tidak lagi kulihat ketika sesekali kita bertemu.

Suatu hari kau datang dengan ransel penuh baju yang sudah dicuci asal. Lalu kau memintaku untuk menyetrika baju-baju kusut itu. Dan betapa mengharukannya ketika aku mencium bau badanmu yang khas, yang dulu sering kucium saat merapikan lemarimu. Saat kita menaikki motor yang sama dan aku memelukmu dari belakang. Bahkan panggilanmu tidak lagi selembut dan semesra dulu. Namaku terdengar aneh saat kau menyebutnya.

Kini aku harus terbiasa melakukan semuanya sendiri. Tidak, aku tidak benar-benar sendirian. Maksudku, aku yang mulai memegang tanggung jawab terbesar. Aku tidak lagi bisa bergantung denganmu. Meminta membenarkan atap rumah yang bocor, gagang pintu yang copot, saluran air yang macet, semua aku coba pelajari sendiri tanpa harus memintamu kembali untuk itu semua. Namun tenanglah, aku pasti bisa. Kegigihan dan kekuatanmu kupelajari sudah kupelajari sejak dulu meskipun tidak jarang kutemukan kesulitan.

Aku bukanlah gadismu lagi, begitupun engkau, bukan lagi cinta pertamaku di dunia ini. Kau, bukan sosok yang kekuatannya kuagungkan seperti biasanya. Perangaimu berubah tanpa sisa yang dapat kukenali. Pada siapa manusia yang kucari untuk berkeluh kesah selain dirimu? Tidak ada. Dan itu semua memaksaku untuk menyimpan semuanya serapi mungkin. Aku mungkin bisa marah dan membencimu. Namun, ada sisi hatiku yang lain berkata bahwa aku menyanyangimu. Begitu menyayangimu. Dan sekalipun aku membencimu, itu tidak akan mampu menghapus kasih sayangku yang besar untukmu. Dan satu lagi, aku yakin dalam hatimu masih ada cinta untukku.

Your love.

0 komentar:

Posting Komentar