Jumat, 08 September 2017

Seperti Bukan Pulang




Related image

     Aku mendengar dari kejauhan. Di tempatku yang baru, dengan rindu yang samar dan hati yang lebih sering bungkam. Aku seperti telah kembali pulang, tapi aku asing sendiri. Kau diam karena tidak tahu, atau karena kau punya rindu yang lebih membiru. Anginnya mengarah lain arah, tidak ada bau tubuhmu; parfum yang tidak pernah kau beri tahu namanya.
     Lantas apa yang aku dengar? Jatuhnya hujan di tanah yang sama dengan tempatmu tinggal. Aku kira petirnya lebih menggelegar. Kau tidak pernah sesendu itu, batinku. Apapun kau lakukan untuk bisa bertahan dari kekacauan hidupmu sendiri. Kemudian kau terbang ke dalam mimpi kita; mimpi lama milik kita. Sendiri tanpa aku. Dan, aku berhak marah. Sebab aku telah lebih dulu pulang, meski rumah ini masih terasa asing.
     Kulihat potret terbarumu. Dan, aku menyebutmu Si Rambut Panjang yang Kaku. Atau Si Ijuk. Rambutmu tidak seperti dulu lagi. Berantakan dan tidak kau pedulikan bentuknya. Lalu aku tertawa sendiri melihat perubahanmu. Rautmu makin tua. Guratan di bawah mata itu, aku mampu membaca setiap incinya yang mencitrakan kepedihan. Lalu aku berhenti tertawa.
     Sedihku makin melambung. Bahagiaku menguap separuh. Diri makin rindu. Di sini aku juga merasa perih. Terlebih bukan ini tempat yang kuinginkan 'tuk berdiri. Aku yakin ini bukan rumah yang biasanya aku mendengar dan menatap; bersamamu.
     Nyatanya aku tahu bahwa ini adalah sebuah cerita tentang kehilangan. Tidak lagi aku mengelak, atau meyakinkan diri bahwa aku dalam kondisi baik. Nyatanya lagi, aku tahu bahwa ini tentang kesedihan. Mungkin kau ikut merasakan; atau lebih dari merasakan. Aku tidak tahu namanya. Sungguh, semesta, aku baru bisa berdamai dalam penerimaan hari ini. Mungkin lebih tepatnya aku baru mau.
     Untukmu, daun tidak pernah melawan takdirnya untuk jatuh. 

0 komentar:

Posting Komentar