Terpaksa sepasang mataku terbuka kala dengar mama berteriak
Menyeru nama kecilku dengan lantang, namun tetap terdengar mesra
Bersama malas kuseka gumpalan kotoran di sudut mata
Menggeliat yang kesekian kali diusik mama yang memanggil kedua kalinya
"Terlelap saja lagi!" setan berbisik di telinga kiri
Antara untung atau buntung, malaikat datang mengusir
Dan akhirnya aku nekat turun dari ranjang
Tiba di ruangan bersuhu setengah kutub tanpa fentilasi
Tidak ada tempat selain kursi pesakitan yang berjongkok di kolong meja berlaci
Kertas suci maupun yang sudah ternodai alfabet berderet
Merajuk agar aku menyentuhnya
Tagihan, tagihan dan tagihan
Belum lagi denting monitor yang berseru genit; lima puluh dua surel baru
Hingga melewati seperempat hari masih dengan lakon yang sama
Dihibur kicauan kuda berdasi dan decit kursi putar yang kududuki
Berkacak pinggang dengan pecut yang memburu
Pukul lima petang sebuah travello menanti di depan lobby; it's time to go home
Satu, dua, tiga, empat dan lima...Penumpang tetap memenuhi jok
Langit menghitan rupanya
Dan jendela jadi berbintik berkat gerimis
Sial! Travello butut yang kunaiki sukses mengoyak jeroan dalam perutku
Dan hujan semakin menggenangi aspal hitam rebutannya para pengendara
Ree~
0 komentar:
Posting Komentar