Jumat, 11 Desember 2015

You; Brown or Violet





Aku penyuka warna ungu. Semua orang kuberitahu kalau aku suka dengan warna ungu. Tapi, pernah ada satu orang bicara begini, “Kau yakin suka dengan warna ungu? Tapi kenapa barang-barangmu kebanyakan warnanya cokelat?” Dan kebetulan waktu itu aku sedang mengenakan kemeja cokelat muda dan jilbab cokelat tua. Ia memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. “Ah, ini kebetulan saja. Mama memang sering membelikanku barang-barang warna cokelat.”
Ketika aku pulang ke rumah, aku membuka bloknot yang selalu kubawa di dalam tas. Ketika berhasil meletakkannya di atas meja, aku menyadari sesuatu dari bloknot itu. Warnanya cokelat muda. Seprei ranjangku juga cokelat, dan beberapa tas koleksiku warnanya cokelat. Kemudian aku ingat sesuatu di dalam laci. Ada kotak kacamata bergambar landmark London yang berwarna cokelat, kemudian binder kuliah bahkan ­casing ponselku pun warnanya cokelat. Dan, hanya sedikit barang yang kupunya berwarna ungu. Beberapa pakaian kulihat satu per satu, siapa tahu aku punya baju warna ungu lainnya. Ternyata, hasilnya kutemukan tidak lebih dari tiga potong.
Aku memang suka sekali dengan vintage yang identik dengan warna cokelat kusam. Tapi, aku tidak sadar dengan warna cokelat itu. Lucu. Aku sering menertawakan diriku sendiri.
Tapi, mungkinkah aku? Ketika aku bilang pada banyak orang bahwa aku mencintaimu, tapi nyatanya dalam duniaku tidak ada dirimu? Aku sedikit takut Tuhan tidak hadirkan setidaknya namamu dalam hari-hariku. Bahkan aku juga takut, jika tanpa disadari ada yang lain yang mengisi alam bawah sadarku.
Dear, jangan terpengaruh ya. Yang kukatakan itu benar, tentang mencintai dan menyayangimu lebih dari diriku sendiri. Meskipun sebenarnya kau tak kunjung beri kepastian, tapi aku masih sanggup untuk berada dalam ketidak-seimbangan. Ya, kita belum benar-benar seimbang. Mungkin dengan ini ketakutanku bertambah lagi. Takut kalau sebenarnya aku tidak benar-benar mencintaimu seperti ketika aku mencintai ungu.
Oh, tidak. Harusnya sugesti ini tidak muncul. Sebab, aku tidak mungkin benar-benar serius jika aku tidak bertahan selama ini. Jangan pedulikan ini, karena aku memang masih mengharapkan kita menjadi satuan yang seimbang.

0 komentar:

Posting Komentar