![]() |
| Source: http://designnotoself.blogspot.co.id |
Di dalam
mobil, ia berwujud seperti siluet. Tersinari lampu-lampu jalan yang sesekali
berkedip saat mobil melewatinya. Semua hitam tapi tidak pekat. Aku masih bisa
melihat bola mata dan gerak bibirnya ketika bicara. Malam ini aku mengharapkan
banyak sesuatu yang terjadi. Tidak hanya sekadar berbincang biasa, tapi ada
yang lain yang aku dapatkan darinya. Memang obrolan kami masih sangat ringan,
tapi aku selalu merasa hangat ketika mendengarnya bercerita. Apapun itu, aku
berusaha untuk menjadi satu-satunya perempuan yang dia ingat, bahwa aku selalu
tertarik mendengar ceritanya.
Kita duduk
berdekatan. Tanganku tanpa sengaja terjatuh di atas tangannya, dan ia perlahan
menggenggam tanganku. Lembut. Sesuatu menggelitik isi perutku. Dan, dengan
serentak aku menjatuhkan kepala di bahunya. Kita mendengarkan lagu yang sama
dengan earphone dipakai berdua yang
tersambung dari ponselku. Bibir kita menyenandungkan lagu yang sama juga. “Aku
tidak pernah bosan mendengar lagu ini”, kataku. “Aku juga, ini favoritku”, katanya
menyusul.
Entah dilagu
yang mana, aku mulai tertidur. Masih di bahunya. Kurasa ia juga tidak menolak
kehadiranku di sana. Aku makin merasa hangat dengan hembusan napasnya yang
menyentuh pipiku. Kita tidak sedang
bermesraan, bukan? Tapi malam ini aku merasa intim berdua dengannya meski
kita bukanlah sepasang kekasih sungguhan.
Angin dari AC
tidak mampu membuatku kedinginan, sekalipun ditambah angin dari luar berkat
kaca jendela yang sedikit terbuka. Genggaman tangannya berhasil membuat seluruh
aliran darah berdesir lebih deras dari biasanya. Aku mencium parfum yang
menjadi bau khas tubuhnya. Menguar dari leher yang sebagian tertutup kerah
sweter biru tua. Bahkan ia sama sekali tidak gusar ketika aku membenarkan
posisiku untuk lebih merapat, agar aku bisa mencium bau tubuhnya lebih banyak
lagi.
Kalau bintang
bisa bicara, aku ingin mereka sampaikan pada lelaki di sampingku ini, bahwa aku
bersedia menjadikannya pemeran utama dalam bola duniaku. Aku bukanlah orang
yang dengan mudah memberikan kesempatan. Tapi dengannya, sudah kuberi dua kali
meski tak tahu di masa depan apakah aku masih bisa memberikannya, ketika suatu
hari mungkin saja ia kembali tertangkap tengah menjebakku. Aku harapkan ini,
wahai bintang. Bahwa aku inginkan dirinya—sungguh. Aku cuma punya kasih, untuk
bisa mendekap namanya dalam kurun waktu yang tak terhingga.
Bumi memang
terus berputar. Menggulingkan banyak cerita yang kutahu tidak semua berakhir
bahagia. Aku memang hanya manusia biasa. Selalu berpengharapan tinggi sampai
lupa bahwa semesta tidak selalu terlihat cantik, tidak selalu terasa manis. Tapi
bumi memang selalu berputar. Ketika aku tengah sulit mencari keindahan semesta,
ada manis yang kutemui di tengah-tengah gelisah. Ketika ia—lelaki di sampingku—mengecup
bibirku diam-diam, aku menemukannya.

0 komentar:
Posting Komentar