Aku penyuka
warna ungu. Semua orang kuberitahu kalau aku suka dengan warna ungu. Tapi,
pernah ada satu orang bicara begini, “Kau yakin suka dengan warna ungu? Tapi
kenapa barang-barangmu kebanyakan warnanya cokelat?” Dan kebetulan waktu itu
aku sedang mengenakan kemeja cokelat muda dan jilbab cokelat tua. Ia memperhatikan
penampilanku dari atas sampai bawah. “Ah, ini kebetulan saja. Mama memang
sering membelikanku barang-barang warna cokelat.”
Ketika aku
pulang ke rumah, aku membuka bloknot yang selalu kubawa di dalam tas. Ketika berhasil
meletakkannya di atas meja, aku menyadari sesuatu dari bloknot itu. Warnanya cokelat
muda. Seprei ranjangku juga cokelat, dan beberapa tas koleksiku warnanya
cokelat. Kemudian aku ingat sesuatu di dalam laci. Ada kotak kacamata bergambar
landmark London yang berwarna cokelat, kemudian binder kuliah bahkan casing ponselku pun warnanya cokelat.
Dan, hanya sedikit barang yang kupunya berwarna ungu. Beberapa pakaian kulihat
satu per satu, siapa tahu aku punya baju warna ungu lainnya. Ternyata, hasilnya
kutemukan tidak lebih dari tiga potong.
Aku memang
suka sekali dengan vintage yang identik dengan warna cokelat kusam. Tapi, aku
tidak sadar dengan warna cokelat itu. Lucu. Aku sering menertawakan diriku
sendiri.
Tapi,
mungkinkah aku? Ketika aku bilang pada banyak orang bahwa aku mencintaimu, tapi
nyatanya dalam duniaku tidak ada dirimu? Aku sedikit takut Tuhan tidak hadirkan
setidaknya namamu dalam hari-hariku. Bahkan aku juga takut, jika tanpa disadari
ada yang lain yang mengisi alam bawah sadarku.
Dear, jangan terpengaruh ya. Yang
kukatakan itu benar, tentang mencintai dan menyayangimu lebih dari diriku
sendiri. Meskipun sebenarnya kau tak kunjung beri kepastian, tapi aku masih
sanggup untuk berada dalam ketidak-seimbangan. Ya, kita belum benar-benar
seimbang. Mungkin dengan ini ketakutanku bertambah lagi. Takut kalau sebenarnya
aku tidak benar-benar mencintaimu seperti ketika aku mencintai ungu.
Oh, tidak. Harusnya
sugesti ini tidak muncul. Sebab, aku tidak mungkin benar-benar serius jika aku
tidak bertahan selama ini. Jangan pedulikan ini, karena aku memang masih
mengharapkan kita menjadi satuan yang seimbang.
