Jumat, 18 Agustus 2017

Pulang Dari Harapan

Related image

Aku senang berada pantai. Aku menyelaminya hingga ke tengah. Bertemu nemo, tapi aku cukup takut menghampiri terlalu jauh. Dan, semenjak hari itu aku berkata: aku menyukai samudra.

Ombak yang kecil. Memandangnya aku tenang. Duduk di dekatnya, menyentuhnya, ada guratan baru yang menutup sembilu. Kemarinnya aku jatuh cinta. Tapi setelah hari itu, aku terbangun karena cinta.

Aku menyukai samudra.

Biru, luas memberi jalan untuk jiwa-jiwa yang ingin damai bersamanya. Dan, aku ingin. Mmerentangkan tangan di atas kapal. Atau memotret, atau sekadar berayun kaki ke dalam air. Jiwaku terasa lebih anggun dari ratusan akhir pekan yang telah berlalu. Turut menjadi berwibawa. Karena aku di dekat samudra.

Beberapa jam yang lalu, aku memikirkannya sebagai ilusi. Tidak nyata dalam garis nasibku. Angan yang tidak pantas dibuai ikhtiar untuk ke sana. Samudra buatku hanya sebatas itu. Karena ia terlalu luas, terlalu jauh, terlalu dalam. Hingga ragu dan malu benar-benar untuk diriku sendiri.

Aku beku. Antara memperjuangkan diri untuk melihatmu lagi, atau kembali  ke kota dengan jiwa yang kehilangan selera. Berani, tidak ada di dalam mataku. Seperti surga, tapi aku tidak punya cukup kebaikan. Pulang dari harapan. Akulah yang meratap di ujung dermaga.